Tutorial Linux, Windows, Cisco, MikroTik

Wednesday, March 15, 2017

Review Cloud Core Router with Combo Port di MikroTik

Beberapa waktu yang lalu Mikrotik(dot)com mengumumkan bahwa Produk Routerboard CCR1009-8G-series telah discontinued. Yang berarti bahwa produk tersebut tidak lagi di produksi oleh pihak Mikrotik(dot)com, sebagai penggantinya Mikrotik mengeluarkan Produk terbaru yaitu Routerboard CCR1009-7G-1C-series. 

Seri terbaru ini memiliki 3 variant saat ini yaitu CCR1009-7G-1C-1S+PC, CCR1009-7G-1C-1S+, dan CCR1009-7G-1C-PC. Tidak banyak yang berubah dari produk sebelumnya, namun dari nama yang diberikan untuk produk ini memperlihatkan bahwa mikrotik ingin menunjukan teknologi terbaru yang mereka miliki saat ini. Jelas terbaca terdapat huruf "C" yang muncul sebagai pengkodean nama untuk Routerboard seri terbaru ini.


Huruf "C" pada nama produk baru ini merujuk pada fitur/fungsi COMBO interface, seperti terlihat di casing Routerboard CCR1009-7G-1C-series terdapat 2 interface fisik yang diberikan tanda bahwa itu adalah anggota dari Combo port, yaitu 1 interface SFP(1G) dan 1 interface Ethernet(1G).


Kita dapat menggunakan salah satu dari kedua interface fisik tersebut sesuai media koneksi yang kita miliki. Atau dapat juga digunakan keduanya untuk mendapatkan efek failover, main dan backup link. Hanya satu interface fisik yang bisa aktif pada saat yang sama. Jika SFP Aktif, Ethernet disable, begitu juga sebaliknya. Pergantian interface yang aktif (Failover System) pada Combo port bisa dilakukan dengan cara manual ataupun otomatis dengan mengatur mode combo yang akan diterapkan. 
Pengaturan mode combo ini dapat dilakukan dengan command : 
/interface ethernet set combo1 combo-mode= (auto; sfp; copper)
Terdapat 3 combo-mode yaitu : 
  • combo-mode=SFP , berarti yang aktif hanya interface fisik SFP. jika ingin diubah ke link ethernet yang aktif, maka harus dilakukan dengan mengubah combo-mode secara manual. 
  • combo-mode=copper, berarti yang aktif hanya Ethernet. jika ingin dipindahkan ke SFP harus dipindahkan secara manual dengan mengubah combo-mode 
  • combo-mode=auto, berarti jika salah satu dari kedua interface link mati/putus akan berpindah secara otomatis pada interface fisik lain (failover otomatis). 
Untuk versi RouterOS di atas v6.37.1 pengaturan combo-mode sudah tertampil pada menu winbox pada tab general interface combo.


Meskipun Interface Combo ini mempunyai 2 port Gigabit secara fisik tetapi kecepatan maksimal yang bisa dilewatkan adalah 1Gbps sesuai dengan interface yang saat itu aktif, bisa interface fisik SFP(1G) atau ethernet(1G) , karena fitur Combo ini memang untuk Failover bukan link-aggregation (akumulasi).


Dengan combo-mode=auto koneksi akan terputus sekitar 3-5 detik pada saat perpindahan interface yang aktif.
Share:

Penggunaan 'Shared-Users' di Userman

Mungkin ada diantara kita yang menemukan sebuah permasalahan ketika ingin menggunakan satu akun untuk login lebih dari satu user menggunakan usermanager, maka akan muncul error "no more sessions are allowed for user".

 
Hal ini terjadi ketika ada satu client yang sudah login menggunakan user akun tersebut dan ada client lain yang akan login menggunakan user akun yang sama. Padahal pada konfigurasi 'Shared-Users' di UserMan sudah disetting unlimited.
Dari systemnya sendiri untuk parameter 'Shared-Users' pada UserMan tidak berdiri sendiri. Konfigurasinya masih mengacu pada parameter 'Shared-Users' di User-Profile yang ada di fitur Hotspot. Sehingga untuk dapat mempergunakan sesuai dengan parameternya kita juga harus melakukan konfigurasi di kedua sisi, baik UserMan maupun hotspot.
Contoh Kasus
Untuk lebih mudah melihat bagaimana konfigurasinya kita akan membuat sebuah contoh kasus. Katakanlah pada sebuah sekolah akan dibagi 2 koneksi wireless dengan sistem hotspot. Satu koneksi untuk Guru dan koneksi yang lain untuk Staff. Masing-masing (Guru & Staff) akan dibuatkan satu akun hotspot yang bisa digunakan lebih dari satu orang. Sehingga pembuatan akun ini bukan untuk perorangan melainkan per-group.


Jika dilihat dari topologi diatas untuk Guru akan menggunakan akun 'Guruku' dengan pengaturan Rate-Limit sebesar 1Mbps dan untuk Staff akan menggunakan akun 'Staffku' dengan besar Rate-Limit sebesar 128kbps.
Konfigurasi
Langkah pertama kita akan membuat user profile baru di hotpsot untuk kedua group (Guru & Staff). Konfigurasi dilakukan di menu IP -> Hotspot -> User Profiles -> klik Add [+].


Untuk nilai 'Shared-Users' bisa disesuaikan dengan jumlah guru dan staff yang ada. Misal, sebagai contoh guru maksimal terdapat 20 orang dan staff 10 orang.


Selanjutnya kita akan konfigurasi pada sisi UserManager dengan membuat profile yang akan digunakan oleh akun guru & staff di usermanager. Pertama kita akan membuat limitasi masing-masing akun dan mengarahkan pada parameter 'Constrains' ke masing-masing user profile yang kita buat di hotspot sebelumnya.



Jika pada Limitation tidak diarahkan ke Group-name / User-Profile hotspot tertentu, maka secara default akan menggunakan Hotspot User-Profile Default, yang biasanya memiliki konfigurasi shared-user=1. Inilah yang terkadang menjadi penyebab error no more sessions are allowed for user karena dianggap user akun tersebut sudah digunakan. 
Setelah konfigurasi 'Limitation' kita akan membuat dua profile yaitu untuk Guru & Staff. Dan yang perlu ditekankan disini adalah pada parameter Shared-Users disetting Unlimited. Jangan lupa gunakan Limitation yang kita buat sebelumnya untuk masing-masing profile.




Selanjutnya kita akan membuat user akun untuk kedua group user. Setiap akun nantinya bisa digunakan untuk lebih dari satu orang didalam group tersebut.



Pada kedua akun diatas juga ditentukan di paramater Constraints untuk Shared User disetting Unlimited. Sebenarnya kita bisa juga menentukan pada parameter Shared-Users tersebut dengan jumlah yang lebih spesifik sesuai dengan total pengguna. Namun untuk lebih mempermudah konfigurasi bisa disetting Unlimited dan penentuan jumlah user akan mengacu pada User-Profile yang ada di hotspot.
Pengetesan
Terakhir kita akan mencoba melakukan pengetesan apakah konfigurasi diatas bisa berjalan dengan baik atau tidak. Kita akan coba melakukan koneksi perangkat ke jaringan hotspot dengan akun yang telah kita buat sebelumnya.
Kita bisa cek untuk user yang sudah terkoneksi ke jaringan hotspot di Tab Active dan juga di Active Session Userman.



Kita juga bisa melakukan pengetesan bandwith apakah alokasinya sesuai dengan pengaturan yang telah kita buat. Dari hasil pengetesan maka untuk Guru masing-masing akan mendapat alokasi 1Mbps per perangkat, sedangkan untuk Staff akan mendapatkan 128kbps per perangkat.


                                                               Hasil Test BW akun Guruku


*) Catatan:
Untuk konfigurasi dasar integrasi hotspot dengan User Manager (RADIUS) bisa Anda lihat pada artikel sebelumnya:
Share:

Tuesday, March 7, 2017

Perbedaan Mode Station Pada Jaringan Hotspot di MikroTik

Salah satu fitur yang terdapat di dalam mikrotik yang digunakan untuk menghubungkan perangkat network yang satu dengan yang lainnya adalah wireless. Ada beberapa mode wireless yang sering digunakan sesuai dengan fungsinya, Apakah ingin difungsikan sebagai access point ataupun difungsikan sebagai station. Pada artikel 'Perbedaan Mode Wireless' sudah dibahas mengenai perbedaan tiap mode wirelessnya. Perlu diketahui bahwa tidak semua mode wireless dapat digunakan dalam bridge network karena tidak semua support dengan L2 bridging terutama mode wireless sebagai station (penerima). Di artikel kali ini kita akan membahas mengenai perbedaan penggunaan mode wireless disisi station pada jaringan hotspot.


Kita akan melakukan percobaan dengan menggunakan topologi jaringan seperti diatas. Gambaran topologinya adalah router (R1) yang difungsikan sebagai access point (pemancar) dan didalamnya juga sudah dikonfigurasi hotspot. Jika kita membuat jaringan hotspot maka biasanya didalamnya juga menggunakan fitur DHCP. Router R2 akan difungsikan sebagai station (penerima) yang akan menangkap signal dari access point (AP). Transparan bridge yang digunakan di router R2 berfungsi untuk menghubungkan client, seperti client-1 dan client-2 ke sumber internet. Dengan mode bridge ini memungkinkan network yang satu tergabung dengan network disisi yang lain secara transparan sehingga client-1 dan client-2 akan memiliki IP Address yang berada dalam 1 subnet yang sama dengan IP router AP.
Disisi station atau router R2, terdapat beberapa mode wireless yang bisa digunakan. Misal, mode station, station-bridge, station-pseudobridge, dan station-pseudobridge-clone. Nah, disini kita akan melakukan percobaan berdasarkan topologi diatas.
Pertama, kita akan membahas mengenai penggunaan mode station. Perlu diketahui bahwa mode station merupakan mode pada interface wireless yang tidak support untuk membuat network yang sifatnya bridge network. Artinya, mode ini hanya bisa digunakan untuk membentuk network yang sifatnya routing. Jadi kita tidak bisa menggunakan mode ini berdasarkan topologi seperti diatas yang dibentuk pada network yang bersifat bridging.
Kedua, penggunaan mode station-bridge. Mode ini merupakan mode yang hanya bisa digunakan apabila perangkat AP-nya menggunakan Mikrotik juga. Dan mode ini support untuk bridge network. Apabila disisi AP kita tambahkan konfigurasi hotspot dan DHCP Server seperti pada topologi diatas, maka yang terlihat disisi AP adalah sebagai berikut.


Dari hasil diatas membuktikan bahwa mode ini bisa digunakan untuk jaringan yang bersifat bridging, terlihat bahwa Client-1 dan Client-2 bisa mendapatkan IP yang 1 subnet dengan router AP. DHCP Leases digunakan untuk melihat perangkat-perangkat yang sudah mendapatkan IP secara otomatis dari server. Selain itu, pada parameter host di menu hotspot terlihat Mac-Address masing-masing Client beserta IP Address nya, artinya client-1 dan client-2 bisa terkoneksi ke service hotspot. Client-1 maupun clien-2 dapat terhubung ke AP karena adanya transparan bridge.
Ketiga, penggunaan mode station-pseudobridge. Mode ini merupakan pengembangan dari mode station standar. Mode ini juga support untuk bridging network. Jika kita menggunakan topologi yang ada, maka yang akan terlihat disisi AP adalah Mac-Address dari Wireless Client namun AP tidak membaca Mac-Address yang berada dibawah wireless client, dalam hal ini Mac-Address dari Client-1 dan Client-2.


Keempat, penggunaan mode station-pseudobridge-clone. Mode ini hampir sama dengan mode station-pseudobridge, hanya saja pada mode ini wireless client akan menforward Mac-Address yang telah didefinisikan di "station-bridge-clone-mac". Namun, apabila station-bridge-clone-mac tidak ditentukan maka wireless akan menforward Mac Address perangkat yang pertama kali terhubung ke AP. Sebagai contoh Client-1 terhubung pertama kali ke hotspot server sehingga Mac-Address yang terlihat di host hotspot adalah Mac-Address Client-1. Kemudian, jika Client-2 terhubung ke hotspot server, maka yang terlihat di AP tetep menggunakan Mac-Address dari Client-1, seperti pada gambar berikut ini.


Dari hasil yang telah dilakukan baik menggunakan mode station standar hingga mode station-pseudobridge-clone, maka kita bisa memilih mode yang ingin digunakan sesuai dengan kebutuhan dan topologi yang dibangun.

Selamat Mencoba.

Sumber: http://mikrotik.co.id/artikel_lihat.php?id=230

Share:

Konfigurasi Streaming Video dengan Multicast (PIM) Routing di MikroTik

Pada artikel sebelumnya sudah dibahas mengenai macam-macam tipe pengiriman data atau Address Type pada komunikasi di IPv4 dan juga IPv6. Salah satu jenis tipe pengirimannya adalah Multicast. Untuk lebih mengetahui penggunaan Multicast, kita akan mencoba sebuah contoh kasus yaitu streaming video mengggunakan tipe komunikasi Multicast. 
Di MikroTik sendiri untuk fitur Multicast Routing sudah di-support. Namun untuk dapat menggunakannya kita perlu melakukan install paketnya terlebih dahulu karena paket multicast tidak termasuk dalam main package.


Multicast Routing PIM-SM 
Protocol Independent Multicast-Sparse Mode (PIM-SM atau PIM) memungkinkan RouterOS untuk mendukung multicast streaming. Beberapa router yang terhubung dan dengan PIM aktif akan membentuk multicast cloud di mana perangkat klien dapat menggunakan IGMP untuk terhubung ke stream. Dengan Multicast Sparse Mode maka traffic multicast akan dikirimkan ketika ada request dari host/client, tidak dengan mekanisme broadcast / flooding. Pada Multicast Sparse Mode terdapat sebuah router yang akan menjadi Rendezvous Point (RP) yang berfungsi sebagai penghubung antara multicast source dan router-router yang memiliki multicast user dibawahnya.
Multicast (PIM) Routing pada umumnya digunakan pada sistem IP-TV yang menggunakan Multicast streaming di jaringan. Untuk konfigurasinya sendiri pada MikroTik cukup mudah. Sebagai contoh kasus kita akan membuat sebuah video streaming menggunakan aplikasi VLC, yang mana dengan aplikasi ini akan terdapat Video Server dan Video Client.


Bisa dilihat pada topologi diatas terdapat 2 perangkat yang tergabung dalam Group Multicast. Perangkat yang menjadi Video Server tersambung di R1(Router1) yang mana pada R1 juga akan menjadi RP (Rendezvous Point). Sedangkan Video Client tersambung di R2(Router2).
Konfigurasi R1 
Pertama, kita akan setting terlebih dahulu untuk R1 yang terhubung ke Video Server. Pilih pada menu Routing --> PIM --> Interfaces --> add . Pilih Interface yg mengarah ke R2.


Langkah berikutnya masih mengkonfigurasi R1 adalah menentukan RP  Pilih pada tab RP --> add. 


Konfigurasi R2 
Ulangi kedua langkah konfigurasi R1 tersebut di R2. Pertama tambahkan interface PIM dengan interface yg ke arah R1, sesuaikan dengan topologi. 


Selanjutnya tambahkan PIM RP, arahkan ke IP R1 serta definisikan IP Group Multicast.


Jaringan Multicast kini sudah terbangun, langkah selanjutnya lakukan streaming video dari server yang nantinya akan diakses oleh client yang berada di bawah R2. 
Stream Video Server 
Sering disebut juga sebagai Multicast Sender. Dalam percobaan ini digunakan aplikasi VLC untuk melakukan stream video ke jaringan Multicast. Spesifikasi streaming yang kami gunakan adalah sebagai berikut : 
  • Video .flv
  • Metode RTP/MPEG Transport Stream
  • Destination IP Multicast 224.1.2.3
  • Port multicast 5004
  • Enkapsulasi MP4/MOV
  • Video Codec mempertahankan trek video asal 
  • Audio Codec mempertahankan trek audio asal
  • Time-To-Live (TTL) 128 
Stream Video Client
Disebut juga stream receiver/client. Pada percobaan ini juga menggunakan VLC pada PC Client. Untuk menangkap stream dari server perlu dilakukan pengaturan berikut


Multicast lebih banyak diterapkan karena traffic yang terjadi pada saat streaming akan lebih kecil dibanding jika menggunakan unicast streaming. Pada percobaan ini saat stream berjalan rata-rata kecepatan transfer data pada interface Router sebesar 1-2Mbps dengan kualitas video 720p. Hasilnya akan berbeda tergantung seberapa besar video atau audio yang dari stream server.

Selamat Mencoba.

Sumber: http://mikrotik.co.id/artikel_lihat.php?id=234


Share: